Mendiagnosa Penyakit Kronis Insan Televisi Indonesia

Oleh M.Arif.Billah Syah Putra. Lubis.S.sos

Semua orang pasti setuju kalau televisi dimasukkan sebagai salah satu penemuan terpenting di abad ke dua puluh. Kemampuan audio visual dari kotak ajaib yang ditemukan oleh  J.L. Baird  dan C.F. Jenkins ini menembus rintangan bentang geografis menjadikannya agen paling ideal bagi penyebaran ide-ide globalisasi. Tidak heran jika timbul pendapat di kalangan pemerhati sejarah bahwa “kelahiran” tekhnologi televisi merupakan awal dari era globalisasi. Pertumbuhan ekonomi dan kemajuan tekhnologi menganugerahi televisi posisi sebagai “barang primadona yang wajib ada” di ruang keluarga kita. Baca lebih lanjut

Menggugat Efektifitas Iklan Pemerintah

Oleh: Muhammad Arif BSP Lubis

(Penulis adalah alumnus ilmu komunikasi FISIP USU)

Entah kebetulan atau “sebuah kebetulan yang disengaja” mendekati Pemilu, setiap instansi pemerintah seakan berlomba mengeluarkan pencitraan positif  terhadap kinerjanya masing-masing. Dari sekian banyak iklan pemerintah yang berseliweran di layar kaca, iklan sekolah gratis adalah iklan yang paling kontroversial.

Bagaimana tidak, seperti yang diakui oleh salah seorang anggota tim sukses            SBY-BERBUDI, Rizal Malaranggeng pada sebuah acara di TV ONE setelah debat capres, istilah sekolah gratis sebenarnya adalah ungkapan“ Hiperbola “ Karena sejatinya pemerintah baru mau dan mampu menanggung biaya operasional sekolah secara terbatas. Jadi kalaupun ada yang bisa digratiskan, hanya sebatas uang SPP saja. Pengakuan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara Metro TV dengan Bambang Soedibyo, menteri pendidikan kabinet Indonesia Bersatu. Dalam salah satu episode Metro Realitas yang mengangkat kontroversi iklan sekolah gratis, sang menteri ditanyai mengenai makna sekolah gratis dalam iklan keluaran Departemen Pendidikan tersebut. Bukannya menjelaskan panjang lebar, sang menteri malah menghina rakyatnya dengan ungkapan “ yang dimaksud dengan gratis itu ya bukan berarti semuanya gratis. Klo mengikuti persepsi masyarakat, sarapan untuk anak-anak itu pun mereka maunya dibayari ” Ungkapan ini seolah-olah menyamakan semua orang tua di Indonesia adalah orang miskin yang bermental pengemis. Padahal walau banyak rakyat kita miskin, tetapi banyak diantaranya adalah orang tua-orang tua yang penuh harga diri dan tanggung jawab atas kesejahteraan anak-anaknya.

Baca lebih lanjut

Hiperrealitas Iklan Politik

Oleh: Vinsensius Sitepu

(Penulis adalah Lektor Luar Biasa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Sumatera Utara)

Di satu sisi, berbagai film iklan calon presiden yang ditayangkan di televisi adalah cerminan realitas baru dalam komunikasi politik negeri ini. Mereka yang ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini mencoba mencuri hati masyarakat, dengan harapan upaya persuasi tersebut mampu mengubah sikap masyarakat.

Berbagai perusahaan menghabiskan milyaran rupiah untuk beriklan televisi karena sangat paham daya pengaruhnya yang tinggi kepada calon konsumen. Hal serupa sebenarnya diterapkan para calon presiden yang mengiklankan diri melalui televisi. Ini sekaligus memberikan pemahaman kepada kita bahwa film iklan memberikan dampak yang besar dalam mengubah persepsi publik, sebagaimana yang terbukti pada iklan-iklan produk konsumsi. Baca lebih lanjut

Diprogram Televisi

Oleh: Vinsensius Sitepu
(Penulis adalah Lektor Luar Biasa
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

Hasil penelitian mengenai dampak tayangan televisi terhadap perubahan perilaku anak-anak cukup sering kita dengar dan kita baca. Namun, menemukan bahwa televisi memainkan peranan penting dalam memprogram akal budi yang bekerja layaknya virus adalah perspektif yang tak kalah menarik.

Beberapa waktu yang lalu ada pertanyaan menarik dari mahasiswa saya, “Materi kuliah yang abang sampaikan lebih pada relasinya dengan komunikasi massa daripada teknologi komunikasi, seperti nama mata kuliah ini sendiri.” Sebenarnya saya tidak menyalahkan pendapat ini, karena ada benarnya juga. Namun, dalam konteks disiplin ilmu sosial, dalam hal ini ilmu komunikasi, entitas teknologi komunikasi layaknya dominan disampaikan dalam konteks itu pula. Mahasiswa tadi berharap mendapatkan lebih banyak materi teknis dan prinsip kerja berbagai inovasi di bidang teknologi komunikasi. Masalahnya, dominasi atas perspektif demikian mengubah ruang lingkup ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial terapan menjadi kajian telematika, ilmu komputer dan telekomunikasi. Memang hal demikian tidak bisa dihindarkan, namun sejatinya tidaklah terlalu dominan. Baca lebih lanjut

Ketika Pertanyaan Kebenaran adalah Detik Waktu Kita

Ketika pertanyaan kebenaran adalah detik waktu kita. Kalimat seperti ini sudah terlalu sering kita dengar dan kita baca. Dan barangkali juga tidak sedikit yang sudah menuliskannya sebagai sebuah hasil kontemplasi filosofis selama bertahun-tahun.

Dalam tahapan kontemporer saat ini, bolehlah kita menyandarkan pemikiran pada para filsuf yang memang selalu mempertanyakan kebenaran di setiap detik hidup mereka. Dan mereka memang hidup untuk itu. Termasuk kita, khususnya ketika tidak menyadari bahwa sebenarnya tidak ada yang disebut kebenaran. Kebenaran secara praksis hanyalah permainan semantik, bahasa dan simbol-simbol komunikasi yang sebenarnya berkehendak berkuasa. Baca lebih lanjut

Menyambut Ramadhan: MUI Minta Tayangan TV Edukatif dan Religi

Menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1429 H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar tayangan-tayangan televisi yang berbau pornografi, pornoaksi, misteri, ramalan-ramalan, kekerasan, lawakan konyol dan berpakaian yang tidak sesuai dengan akhlakul karimah untuk tidak ditayangkan. MUI berharap agar isi program tayangan televisi pada Ramadhan ini bisa bermanfaat bagi pembinaan akhlak masyarakat khususnya generasi muda.

Hal itu terungkap dalam taushiyah MUI menyosong bulan Ramadhan 1429 Hijriyah yang ditandatangani oleh Ketua MUI, Umar Shihab, Jumat (29/8).

Dalam taushiyah tersebut juga diungkapkan, MUI menghimbau kepada para elit politik agar menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan muhasabah bagi kehendak yang hanif untuk kemaslahatan bangsa dan juga menghindari bahaya politik dengan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.

Selain itu, MUI juga meminta kepada mereka untuk menjaga kemuliaan bulan Ramadhan dengan menghindari kegiatan kampanye yang diwarnai sikap, penampilan, ucapan dan perbuatan yag tidak terpuji. (Sumber:kpi.go.id)

Don’t Worry Be Happy, Media Cetak Masih Tangguh Berdiri

Membincangkan permasalahan multimedia yang menjadi nama rubrik halaman ini, selayaknya juga harus membicarakan media lain di mana karakter isinya menjadi bagian dari dunia multimedia. Salah satu yang menarik adalah mengkaji posisi surat kabar di tengah arus informasi dari media-media baru berbahasa digital.

Visi Nicholas Negroponte dan Alvin Toffler kerap terlintas di pikiran kita jika kita melihat kecenderungan Internet dewasa ini. Pasalnya, visi mereka internet sebagai media baru (new media) saat ini menjadi konkret apa adanya, jauh sebelum kedua pakar ini menelurkan pemikiran ini, masyarakat awam tidak pernah menyangka internet menjadi media komunikasi yang sangat kaya isinya. Khasanah multimedia yang dulu permah direkatkan pada surat kabar, karena memuat teks dan gambar yang berwarna, kini interner jauh lebih baik dan hidup! Tentu juga dengan melihat daya jangkaunya yang menembus batas negara dan benua, internet memang benar-benar memenuhi kebutuhan manusia akan lesatan informasi yang lengkap dan maha luas lingkupnya. Meski harus disadari bahwa di negeri sendiri penetrasinya di daerah lambat bergerak. Baca lebih lanjut

Dirjen HaKI:Blogger Ayo Lindungi Karyamu!

Teknologi internet yang berkembang menimbulkan gaya hidup baru termasuk dalam pengembangan konten. Namun sayang, banyak pengembang konten termasuk blog yang belum tahu bahwa karyanya dilindungi undang-undang bila dikomersilkan.

Menurut Andi Noorsaman Sommeng, Dirjen HaKI Departemen Hukum dan HAM, keuntungan dari mengembangkan konten di internet memang bisa berpromosi secara gratis. Meski begitu, pencipta bisa saja menuntut pihak yang mengkomersilkan orang konten buatannya. Baca lebih lanjut

Digencet Pemerintah, Oposisi Malaysia Kampanye via Internet

Malaysia akan hajatan pemilu beberapa saat lagi. Untuk itu, kampanye beberapa partai oposisi kini tengah marak dilakukan via internet.

Kampanye online ini marak karena media tradisional seperti koran dan televisi kebanyakan dikontrol pemerintah dan hanya mau memberitakan kebaikan partai berkuasa semata. Hal ini dilakukan juga dalam rangka kampanye untuk menggaet dukungan rakyat pada partai berkuasa.

Maka tak heran, partai oposisi pun jarang mendapat perhatian dari media tradisional tersebut. Namun dengan adanya internet, kampanye politik tandingan tetap bisa dilakukan, utamanya untuk menjangkau kalangan muda dan berpendidikan. Baca lebih lanjut

Delik Pers dari Orde Lama Sampai Orde Reformasi

Oleh M Arif BSP Lubis
(Penulis adalah mahasiswa tingkat akhir Departemen Iilmu Komunikasi FISIP USU dan staf redaksi Majalah Kajian Media Dictum. Artikel ini dimuat di Harian Global, Rabu, 13 Februari 2008)

Pers merupakan salah satu garda demokrasi. Tingkat demokratisasi suatu bangsa dapat diukur dari kebebasan pers yang dianut sistem sosial kemasyarakatannya. Yang ditentukan antara lain oleh deregulasi pemerintah dalam bentuk produk hukum yang mengatur sistem pers itu sendiri. Setiap negara syah dan jamak melakukan tafsiran dan definisi mengenai kebebasan pers yang ingin dianutnya. Sebab insan pers tetaplah bagian tidak terpisahkan dari masyarakat. Artinya tetap harus tunduk terhadap apa yang menjadi konsensus umum dan menghormati nilai-nilai kultur yang ada ditengah-tengah masyarakatnya. Kalau kemudian ada perubahan nilai maka pers harus mengikuti jika tidak ingin mati atau dimatikan. Sebab dunia pers itu selalu dan harus dinamis. Sedinamis masyarakat penggunanya. Meski begitu, tidak salah jika pers yang menjadi katalisator perubahan masyarakat asalkan insan pers yang berniat menjadi katalisator tersebut punya cukup energi untuk melakukannya. Baca lebih lanjut

KPI dan Media Watch Lindungi Kepentingan Publik

Oleh: Febry Ichwan Butsi, S.Sos

(Penulis adalah Redaktur Pelaksana Majalah Kajian Media Dictum, kini aktif sebagai staf pengajar di Universitas Muslim Nusantara, Medan. Artikel ini dimuat di Harian Global, Rabu, 13 Februari 2008)

Tidak berlebihan jika Garin Nugroho (2002), sineas terkemuka Indonesia itu berkata,  “Televisi bagaikan anak pertama dalam keluarga, serba menjadi pusat perhatian.” Pernyataan Garin tersebut dapat diinterpretasikan bahwa saat ini televisi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, kehadirannya harus ada di setiap keluarga. Kondisi objektif di Indonesia, televisi adalah salah satu medium komunikasi massa yang paling digemari oleh mayoritas masyarakat Indonesia dalam praktik konsumsi media.

Hampir sepanjang hari, mayoritas masyarakat Indonesia menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi lebih dari 8 jam setiap hari.

Konsumsi media televisi demikian bahkan lebih besar dari konsumsi media lainnya, semisal membaca koran, majalah, mendengarkan radio atau mengakses internet. Baca lebih lanjut

BUKU BARU-TEMPO DAN POLITIK ORDE BARU

tempo-dan-orde-baru.jpg

Judul: Wars Within, Pergulatan Tempo,
Majalah Berita sejak Zaman Orde Baru
Penulis: Janet Steele
Penerbit: Dian Rakyat

Tidak banyak buku yang mengetengahkan perihal kehidupan media massa ke hadapan khalayak. Dari beberapa buku yang pernah terbit gambaran mendalam mengenai dapur redaksi, ideologi, relasi dengan kekuasan tidak hadir secara detil. Tidak sedikit juga hadir tidak mengreget karena kehilangan konteksnya.

Tetapi tidak demikian dengan buku ini. Janet Steel, sang penulis benar-benar mengekspolorasi TEMPO sedalam mungkin. Maklum, buku ini diangkat dari hasil penelitiannya di kala TEMPO kembali diterbitkan pada tahun 1998 setelah sebelumnya 4 tahun dilarang terbit oleh pemerintah Orde Baru.

Baca lebih lanjut

KPID Pertanyakan Kebijakan Depkominfo Soal SSB dan Pengaturan Frekuensi

Sejumlah KPID mempertanyakan kebijakan Departemen Komunikasi dan Informatika yang dinilai kurang cepat menyikapi persoalan Sistem Stasiun Berjaringan (SSB) dan soal penataan alokasi frekuensi di daerah.

Hal ini terungkap dalam sesi paparan KPID se Indonesia dalam acara pertemuan KPI dan Kominfo di Wisma Haji, Ciloto, Puncak, Kabupaten Cianjur, Jumat (1/2).

KPID sebenarnya menginginkan agar SSB segera diterapkan agar isi siaran televisi di Jakarta tidak terlalu mendominasi. Pasalnya, di daerah yang menanggung dari efek isi siaran yang terlalu sentralistis dari Jakarta.”Kami cukup prihatian terhadap isi tayangan televisi swasta yang disiarkan dari Jakarta, karena pengaruhnya bagi publik di daerah cukup besar yang cenderung negatif,” aku Ketua KPID Sulawesi Selatan, Aswar Hasan.

Menurut Aswar, kondisi tersebut disebabkan daerah (baca; KPID setempat) tidak berdaya membendung semua bentuk tayangan yang disajikan oleh televisi Jakarta karena peraturan penjelasan terkait sistem stasiun berjaringan belum ada. Padahal, UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran mengamanatkan sudah harus berlaku per 28 Desember 2007. Baca lebih lanjut

Sasa Djuarsa Sendjaja: Regulasi dan Regulator Mesti Dikonvergensi

Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Sendjaja menyatakan dalam era konvergensi dan media baru saat ini, perlunya adanya langkah terobosan yakni dengan melakukan konvergensi di tataran regulasi dan regulator yang ada. Hal itu diungkapnya ketika berbicara sebagai narasumber di Seminar Penguatan Infrastruktur, Konteks dan Konten Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (31/1).

Adapun konvergensi pada level regulasi, menurut Sasa adalah dengan mengintegrasikan berbagai produk hukum dan peraturan seperti UU Pers, UU Perfilman, UU Penyiaran, UU Telekomunikasi termasuk UU KMIP yang sedang dalam tahapan pembahasan di DPR, ke dalam satu kesatuan produk hukum yang komprehensif dan terpadu yang akan menghilangkan ketidakkonsistenan dan ketidakselarasan regulasi. Baca lebih lanjut

Di Lampung Banyak Lembaga Penyiaran Tak Memenuhi Standar Penyiaran

Sejumlah lembaga penyiaran (LP) swasta maupun komunitas, baik televisi maupun radio di Propinsi Lampung, banyak yang tidak memenuhi standar perizinan sebagaimana diatur dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Fakta itu terungkap setelah KPI Pusat mengadakan verifikasi faktual terhadap sejumlah lembaga penyiaran yang mengajukan permohonan izin penyelenggaraan penyiaran di daerah tersebut (24 – 28 Januari 2008). Baca lebih lanjut

Perspektif Kritis terhadap Iklan

Oleh: Febry Ichwan Butsi

Tentunya masih segar diingatan kita, ketika serial Taiwan F4 bomming di Indonesia banyak anak muda meniru mode mereka, mulai dari tatanan rambut hingga cara berpakaian. Bahkan wajah oriental dianggap lebih dibanding wajah pribumi, tak ayal lagi banyak aktor dan aktris bermunculan dengan mengadopsi budaya F4 lengkap dengan film yang genre-nya mirip dengan F4.

Dus, mengapa itu terjadi. Kita bisa mengkaji fenomena tersebut lewat penelusuran lintasan garis sejarah ekonomi politis, termasuk iklan di media massa beberapa dasawarsa belakangan.

Tumbuhnya masyarakat pasar-industri (the market-industrial society) dalam konteks kapitalisme modern ternyata telah membawa perubahan radikal dalam kehidupan masyarakat. Sejak revolusi industri untuk pertama kalinya, masyarakat dikelilingi beragam komoditas barang dan jasa dalam jumlah dan keragaman yang luar biasa. Industri kapitalisme modern memiliki kemampuan menciptakan “kebutuhan-kebutuhan baru” dalam kehidupan. Akibatnya, masyarakat sering kali dihadapkan pada tawaran-tawaran kebutuhan menarik yang mereka sendiri awalnya tak merasa pasti benar-benar membutuhkannya.

Theodore W Ardono (1974), penginterpretasi Marx dari mazhab Frankfurt, memperkenalkan konsep nilai guna sekunder untuk menjelaskan pola konsumsi masyarakat “korban” kapitalis.

Konsep ini menunjukkan fenomena konsumsi dalam masyarakat industri yang dilakukan lewat kemasan, kebendaan, promosi dan iklan dicocokkan dengan topeng-topeng yang didesain melalui secara ekspresif untuk memanipulasi hubungan yang mungkin terjadi antara benda-benda pada satu sisi dengan keinginan, kebutuhan dan emosi manusia disisi lain. Nilai guna sekunder berjalan saat dominasi nilai tukar telah diatur untuk menghapus ingatan mengenai nilai guna murni benda tersebut. Ini dasar bagi estetika komoditas, di mana komoditas berperan bebas dalam asosiasi dan ilusi budaya dan iklan, secara khusus mampu mengeksploitasi kebebasan ini dengan menampilkan citra romantis, eksotis hingga kepuasan. Baca lebih lanjut

Pengaruh Media terhadap Masyarakat dalam Kaitannya dengan Perkembangan Teknologi Komunikasi


Oleh: Vinsensius Sitepu

IT Report, sebuah media cetak internasional pernah mengeluarkan pernyataan yang filosofis: “kalau teknologi adalah jawaban, lalu apa pertanyaannya?” Barangkali pernyataan seperti ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa teknologi sebenarnya hanyalah satubagian dari sebuah sistem yang menjalankan dan mengubah dunia saat ini. Beberapa orang yang progresif memandang teknologi adalah solusi dari semua permasalahan manusia, terutama ekonomi.

Namun, teknologi mengambil peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Bahkan bisa dikatakan, komunikasi tidak akan bisa semudah saat sekarang ini jika tidak ada kemajuan teknologi yang cepat. Dan sesungguhnya media lahir dari teknologi.  Ingat mesin cetak pertama yang dibuat oleh Johannes Guttenberg. Kemampuan teknologi pengganda itu menghasilkan banyak media cetak koran, majalah, tabloid hingga buku.

Teknologi telekomunikasi pun semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat, kecil, murah, mudah, efektif dan efisien. Proses berkomunikasi pun memiliki ciri dan sifat yang seperti itu, khususnya efektif. Proses mengirimkan pesan dari Indonesia ke Kanada tidak usah menunggu hingga berminggu-minggu berkat e-mail. Informasi dan kegiatan berkomunikasi kualitas dan kuantitasnya dihitung dalam satuan digital 0 dan 1. Kecepatan dan ketepatan informasi sangat dimungkinkan oleh pemakaian media dengan teknologi yang tepat. Hingga perlu digarisbawahi di sini adalah berbicara komunikasi dan media maka kita juga akan membicarakan komunikasi. Media adalah teknologi dan teknologi adalah media. Baca lebih lanjut

Profil Posmetro Medan

Kehadiran Posmetro Medan tidak dapat dilepaskan dari nama Medan Ekspress, Radar Medan serta Radar Nauli. Meski sudah tidak eksis lagi, namun ketiganya adalah cikal bakal Posmetro Medan. Kesemuanya adalah bagian dari strategi bisnis yang dilakukan Jawa Pos Grup untuk menaklukkan pasar pembaca surat kabar di Sumatera Utara. Kru yang mengasuh Posmetro Medan juga merupakan kelanjutan dari kru yang ada di ketiga media tersebut.

Jawab Pos Grup merupakan salah satu ikon kerajaan media terbesar di Indonesia. Perusahaan media yang dimiliki oleh pengusaha Dahlan Iskan ini memiliki lebih dari 70-an media di seluruh Indonesia. Perusaahaan ini terus menerus melakukan ekspansi pasar, termasuk di Sumatera Utara dengan menerbitkan media lokal. Sekitar tahun 1998, Jawa Pos mulai melirik potensi pasar di Sumatera Utara. Di tahun itu mereka menerbitkan Surat kabar Radar Medan. Selanjutnya, Jawa Pos Grup menerbitkan lagi surat kabar dengan format yang sama. Surat kabar itu diberi nama Radar Nauli. Surat kabar ini lebih ditujukan ke daerah-daerah atau kota yang jauh dari Medan, seperti Labuhan Batu dan Tapanuli. Karena itu mereka mencetak lebih awal daripada Radar Medan.

Sehari-hari, Radar Nauli dan Radarberada dalam kantor yang sama. Percetakannya juga sama. Kru yang bekerja di kedua surat kabar itu merupakan pecahan dari yang ada di Radar Medan. Artinya kru yang ada dibagi menjadi dua. Dan dilakukan penambahan jika terjadi kekurangan jumlah sumber daya.

Tanggal 30 September 2001, Surat Kabar Radar dan Radar Nauli ditutup. Sebagai gantinya, Jawa Pos Grup meluncurkan dua surat kabar yang baru yaitu Posmetro Medan dan Sumut Pos. kru yang bekerja di sana juga dipilih dan dipecah dari Radardan Radar Nauli.

Tanggal 2 Oktober 2001 Posmetro Medan terbit pertama sekali sehari setelah edisi perdana Sumut Pos. Posmetro yang mengusung motto: “Criminal News Leader” konsisten menyajikan berita kriminal, seks  dan supranatural. Posmetro Medan terbit dengan periode tujuh kali seminggu. Non Stop. Disajikan setiap pagi dengan berita-berita utama seputar kriminal, seksual dan supranatural. Selain itu Posmetro Medan mengusung isu-isu seputar politik nasional, olahraga, dan hiburan Dengan oplah Posmetro Medan dipasarkan ke seluruh pelosok kota Medan serta beberapa daerah di Sumatera Utara: Binjai, Langkat, dan Deli Serdang.

 

KHUP dan Media

Oleh: VINSENSIUS SITEPU

Artikel ini ditulis ketika saya masih menjadi mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi (sekarang departemen) FISIP USU pada tahun 2004 untuk memenuhi tugas matakuliah Hukum Media Massa. Semoga kajian ini bermanfaat untuk masa sekarang.

KEBEBASAN pers yang terkendali adalah cermin implementasi demokrasi yang berkualitas. Salah satu kontrol legasl yang bisa dilakukan adalah kebijakan hukum dalam tataran negara. Indonesia sejak dibangun beberapa kali merevisi kebijakannya akan kehidupan pers nasional. Walaupun tidak masuk dalam kategori pers yang dibuat  oleh Schramm, pers nasional Indonesia menganut pers Pancasila. Pancasila adalah landasan hukum dalam berpikir dan bertindak insan-insan pers nasional. Namun demikian, ketika Orde Baru cara berpikir pers seperti ini, justru lebih mudah digunakan penguasa saat itu demi mendukung pembangunan. Fungsi pers utama untuk mengkritik malah cenderung dikerdilkan. Pers saat itu tidak bisa berbuat banyak bertindak layaknya pers sejati. Padahal secara hukum kebebasan pers memang diatur dan dan dijamin dalam undang-undang. Maklum pers adalah pedang bermata dua. Ia disenangi sekaligus dibenci.

Pers Indonesia mendapat angin segar, ketika reformasi memasuki gerbangnya. Kebebasan pers yang didambakan selama beberapa dekade sebelumnya, akhirnya renyah dinikmati. UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 pun diharapkan sangat efektif mengembalikan kebebasan pers atas dasar pemikiran bahwa kebebasan berekspresi melaui media massa adalah HAM. Media massa dalam pendiriannya tidak diperlukan izin dan kebal terhadap pembredeilan. Jumlahnya dan frekuensi kemunculannya pun  cukup cepat. Organisasi-organisasi kewartawanan pun muncul bertebaran. Namun selang dua tahun, ia justru dikecam. Alasannya beragam pers kebablasan, menggangu privasi orang lain, tidak sopan, melanggar peraturan, ia sangat menggemaskan karena menggangu stabilitas nasional. Dan sampai-sampai Megawati “kesal” sambil menegur pers itu memang kebablasan. Beberapa  alasan itu beberapa ada yang benar. Tetapi tidak bijak jika disasarkan pada seluruh kehidupan pers. Kesalahan pers bukanlah totalitas.

Pelaksanaan kerja pers adalah sebuah kewajiban dan pengabdian kepada masyarakat (publik). Oleh sebab itu secara hukum ia perlu diatur agar tidak merugikan masyarakat itu sendiri.  Undang-undang pers dimunculkan atas dasar perwujudan kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Dan sebagai penyebar informasi kepada masaa, maka pers dalam melakukan kerjanya secara profesional harus dilindungi oleh hukum. Baca lebih lanjut

Kultur Media (2)

Catatan Minggu, Kompas, Minggu, 20 Januari 2008

 

Pemakaman Giribangun berangsur sepi. Sebuah stasiun radio swasta di Jakarta yang menyiarkan perkembangan kesehatan Soeharto menit demi menit selama 24 jam, kini kembali ke pola-pola siara reguler, termasuk memutar lagu-lagu agak lawas. Para wartawan yang berjaga di Rumah Sakit Pusat Pertamina mulai mengendur militansinya. Ada yang jatuh sakit, ada yang minta cuti untuk bisa berkumpul dengan keluarga berhari-hari begadang di rumah sakit.

Selama beberapa waktu sebelumnya, dengan peliputan intensif sekitar sakitnya Soeharto, televisi menciptakan realitas mendahului kepercayaan lama bahwa nyawa manusia di tangan Yang Kuasa, dengan ilusi seolah hidup Soeharto bakal berakhir dalam hitungan jam. Tenda didirikan, kursi ditata, perta perjalanan bandara Adisumarno-Giribangun dipaparkan grafisnya. Sebuah media di Malaysia pekan lalu memberitakan, Soeharto meninggal dunia. Baca lebih lanjut

Daftar Organisasi Wartawan Indonesia

DAFTAR ORGANISASI WARTAWAN INDONESIA

1.Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)

ketua: Tarman Azzam | wakil: Bambang Sadono | alamat: Gedung Dewan Pers Lt. III.
Jl. Kebon Sirih 32-34 Jakarta.
Telp. (021) 3453131, 3862041.
Fax. (021) 3453175.
Homepage:.
E-mail : asiancaj@mega.net.id.

2.Sekretariat Wartawan Independen Indonesia (SWII).

Ketua : KRMH Gunarso G.Kusumadiningrat.
Wakil : Abdullah AZ Lestaluhu.
Alamat : Jl. Salemba Tengah No. 24.
Jakarta Pusat.
Telp. (021) 31901854.
Fax. (021) 31901856.
Homepage:.
E-mail :. Baca lebih lanjut

Evaluasi Pers Tahun 2007: Pemenjaraan Wartawan Terus Terjadi

Anggota Dewan Pers, Bambang Harymurti, mengkhawatirkan tingkat kemerdekaan pers Indonesia tahun depan akan turun. Sebab selama tahun 2007 terjadi beberapa kasus eksekusi dan pengadilan terhadap wartawan.Ia mencontohkan kasus hukuman penjara setahun terhadap Dahri Uhum Nasution, wartawan tabloid Oposisi, Medan. Kasus lainnya yaitu eksekusi enam bulan penjara terhadap Risang Bima Wijaya, wartawan dan mantan Pimpinan Umum Radar Yogya. “Ada lagi penulis yang dituntut delapan bulan penjara karena menulis opini,” katanya saat menjadi pembicara dialog “Dewan Pers Menjawab” yang disiarkan stasiun TVRI, Rabu, 19 Desember lalu. Baca lebih lanjut

Teknologi Dokumen

Meski bahasa tulisan dan teknologi-teknologi dokumen telah memainkan peran penting dalam penciptaan dan pelestarian pengetahuan manusia, tetapi baru belakangan semua itu sampai ke tangan kebanyak orang. Selama hampir 6000 tahun, semua itu dipandang sebagai hak keramat para elit penguasa. Diperlukan lima setengah abad sejak penemuan Gutenberg barulah dokumen-dokumen tertulis tersebut relatif tersebar merata. Dan gagasan bahwa hampir semua orang dalam masyarakat harus bisa membaca dan menulis tidak diterima dengan meluas sampai akhir abad keenambelas dan tidak diterima dengan meluas dalam kebanyakan Budaya Barat sampai datangnya Revolusi Industri. (Sumber: Mediamorfosis, Roger Fidler)

Asal Mula Ungkapan Masyarakat Informasi

Orang yang mengartikulasikan secara lebih penuh gagasan sebuah ekonomi informasi dan masyarakat informasi adalah seorang Amerika muda, Marc Porat yang ketika itu bergabung dengan the Aspen Society, dalam bentuknya yang pertama 1977. Artikel itu dipesan oleh The United States Information Agency. Ungkapan itu telah menjadi bahasa 1960-an. Arus ketika itu telah menjadi kata benda-dan juga kerja yang disenangi. Demikian pula ketika itu, kata informasi telah digabungkan ke dalam istilah teknologi informasi (IT), yang pertama kali digunakan dalam kalangan manajemen, dan matematika teori informasi.

(Sumber: Sejarah Sosial Media, Dari Gutenberg sampai Internet).

Pers New York

Sejak semula, pers di New York hanya merupakan sebuah unsur dari pers Amerika yang tidak pernah terpusat dan terus-menerus berbasis lokal. Demikian pula keadaan pers di Prancis dan Italia, meskipun Paris merupakan pusat dari surat kabar bersikulasi massal di Prancis, dimulai dari Le Petit Journal tahun 1863, yang menjual seperempat juta eksemplar sehari, yang ketika itu merupakan sirkulasi terbesar di dunia.

 

Pajak dan The Times

The Times yang digambarkan pada tahun 1871 sebagai jurnal terbesar yang pernah dikenal dunia adalah sebuah surat kabar yang mahal, dan ia kehilangan sebagian besar dominasinya di Inggris setelah kewajiban pajak, yang telah dikurangi tahun 1836, dihapus sama sekali tahun 1855 dan kewajiban surat-kabar itu dicabut tahun 1861.

(Sumber: Sejarah Sosial Media, Dari Gutenberg sampai Internet).

Islam Melawan Teknologi Percetakan

Di dunia Islam, perlawanan terhadap percetakan tetap kuat sepanjang permulaan periode modern. Bahkan negara-negara Islam telah dianggap sebagai kendala bagi diseberangkannya teknologi percetakan dari Cina ke Barat. Menurut seorang duta besar imperium untuk Istambul pada pertengahan abad ke-16, orang Turki memandangnya sebagai suatu dosa bila mencetak buku-buku keagamaan. Ketakutatan akan dicap bidah merupakan latar belakang dari perlawanan terhadap percetakan dan pelajaran barat. Tahun 1915, Sultan Selim I (memerintah tahun 1512-1220) telah mengeluarkan sebuah titah untuk menghukum pelaku praktek percetakan dengan hukuman mati. Pada akhir abad itu, Sultan Murad III (memerintah tahun 1574-1595) mengizinkan dijualnya buku-buku cetakan yang bukan buku agama dengan tulisan Arab, namun semuanya itu mungkin barang impor dari Italia. (Sumber: Sejarah Sosial Media, Dari Gutenberg sampai Internet)

SEJARAH PERIKLANAN INDONESIA

Harus diakui, bahwa tokoh periklanan pertama di Indonesia adalah Jan Pieterzoon Coen, orang Belanda yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1619-1629. Toko ini bukan hanya bertindak sebagai pemrakarsa iklan pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai pengiklan dan perusahaan periklanan. Bahkan dia pun menjadi penerbit dari Bataviasche Nouvelle, suratkabar pertama di Indonesia yang terbit tahun 1744, satu abad setelah J.P. Coen meninggal.

Iklan pertama yang diprakarsainya berupa pengumuman-pengumuman pemerintah Hindia Belanda berkaitan dengan perpindahan pejabat terasnya di beberapa wilayah. Namun dengan penerbitan suratkabar pertama yang memuat iklan itu, Jan Pieterzoon Coen membuktikan, bahwa pada hakekatnya untuk produk-produk baru, antara berita dan iklan tidak ada bedanya. Atau, bahwa berita pun dapat disampaikan dengan metode dan teknik periklanan. Kenyataan itu membuktikan pula, bahwa iklan dan penerbitan pers di Indonesia, sebenarnya lahir tepat bersamaan waktunya, dan keduanya saling membutuhkan atau memiliki saling ketergantungan. Baca lebih lanjut

Tiru Film Kartun, Bocah Empat Tahun Tewas Tergantung

Seorang bocah perempuan berusia empat tahun tewas tersangkut pita rambutnya sendiri di Inggris, bertepatan pada tahun baru 1 Januari. Ironisnya, ia tewas karena menirukan adegan kartun Go Diego Go yang bercerita tentang bocah laki-laki yang senang berpetualang sambil melompat, berayun dan menyanyi.

Setelah menemukan putri mereka tewas, Phil Brown dan Lorraine Ford (26 tahun) merasa yakin Paige, nama bocah itu, sengaja meniru adegan dalam serial kartun favoritnya. Phil dan Lorraine berusaha menyelamatkan nyawa Paige saat menemukannya tergantung di kamar tidur. Namun Paige tak bisa diselamatkan lagi. Baca lebih lanjut

MELAWAN KUTUKAN TIGA RIBU EKSEMPLAR

Yang menarik adalah munculnya bukan penerbit utama dalam jajaran daftar best-seller nonfiksi. Ui’uk Press, penerbit yang selama ini lebih banyak meluncurkan karya-karya terjemahan, mencatat sukses lewat Rahasia di Balik Penggalian Al-Aqsha karya Abu Aiman. Sejak terbit pertama kali pada September 2007. buku ini sudah cetak ulang tiga kali. “Tcmanya tepat waktu dan orang mungkin sudah jenuli dengan karya sejenis terjemahan,” kata Ahmad Taufiq(Ruang Baca Edisi 45, Koran Tempo, Desember 2007) Baca lebih lanjut

Butuh Wartawan Garda Terdepan Mengawal Implementasi Good Governance

Oleh: Febry Ichwan Butsi, S, Sos

Good governance maupun konsep-konsep sejenis (seperti demokratisasi, desentralisasi, deregulasi, debirokratisasi, dan lain-lainnya) merupakan komoditas wacana publik yang sangat populer di era reformasi. Dari presiden sampai pejabat di tingkat kabupaten, atau dari politisi, akademisi, media massa sampai aktivis LSM mewacanakan konsep tersebut. Baca lebih lanjut

Sistem Berjaringan Diundur Sampai 28 Desember 2009

Pemerintah cq Departemen Komunikasi dan Informatika memutuskan untuk menggeser waktu pelaksanaan sistem siaran berjaringan yang mestinya dilaksanakan pada 28 Desember 2007 menjadi 28 Desember 2009. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kominfo, Muhammad Nuh, dalam keterangan persnya di Jakarta, Kamis (27/12), satu hari sebelum waktu pelaksanaan sistem berjaringan yang diamanahkan UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Baca lebih lanjut

Media Lupa Misi Idiil Pers

Dari lebih kurang 889 media cetak, 2.000 media radio, dan 110 media tv di Indonesia, sebagian di antaranya tidak mentaati lima fungsi pers. Sejumlah media bahkan melupakan misi idiil pers, dan menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan.Sejumlah televisi swasta komersial Jakarta mengutamakan misi untuk meraih keuntungan sehingga mengorbankan fungsi edukasi dan mengedepankan hiburan yang bukan menambah kualitas kehidupan. Misi bisnisnya menyajikan konsep produk dengan menyajikan program-program yang aktratif bagi khalayak. Baca lebih lanjut

Blog Kian Populer di Kalangan Muda

Satu dari empat pengguna internet di RRC memiliki blog. Aktivitas semacam ini cenderung dikenal di kalangan pelajar dan karyawan kantor yang muda, demikian sebut laporan perkembangan blog yang dirilis di RRC, Rabu.

Pusat Informasi Jaringan Internet RRC (CNNIC) melakukan survei terhadap 1.862 pengguna internet pada akhir November. Berdasarkan kelompok ini, CNNIC memperkirakan 47 juta warga RRC memiliki blog, lebih dari satu perempat dari 180 juta orang yang mengakses internet di RRC. 

Namun, sebagian blog tidak lagi aktif: hanya sekitar 36 persen yang tetap meng-update situs mereka.

Kendati angka masih kecil jika dibandingkan dengan 1,3 populasi di RRC, populasi blogger aktif setiap tahun terus bertambah dua kali lipat. Blog pertama dikenal di RRC pada 2002. Halaman blog terdaftar melebihi 33 juta pada 2006.

Sebagian besar blogger di RRC adalah pelajar, di mana survei menunjukkan lebih dari 30 persen menghasilkan di bawah 500 yuan (US$ 68,5) setiap bulan atau tidak berpenghasilan sama sekali. Sekitar 23 persen memperoleh 1.500 hingga 3.000 yuan, upah bulanan dari banyak karyawan kantoran di RRC. (Sumber: xinhua/global)

 

Kemahalan, Bangladesh Potong Tarif Internet

Pemerintah Bangladesh berencana untuk menurunkan tarif layanan internet di negaranya sebesar 50%. Hal tersebut lantaran tarif yang dipatok untuk layanan internet kecepatan tinggi di Bangladesh terlampau mahal.

Dilansir Xinhua dan dikutip detikINET Rabu, (2/1/2008), untuk menggunakan layanan internet berkecepatan 256 kbps saja, uang sebesar US$ 500 harus dikeluarkan pelanggan perbulannya. Sementara untuk 512 kbps, biaya perbulannya tidak kurang dari US$ 893 dan untuk 1 megabit, tarifnya dipatok sekitar US$ 1.714.

Menurut harian lokal, The Daily Star, usaha penurunan tarif ini telah diupayakan oleh Bangladesh Telegraph and Telephone Board (BTTB) kepada Menteri Keuangan dengan menyerahkan sejumlah proposal. BTTB sendiri bertanggung jawab atas penetapan tarif internet di Bangladesh.

Sementara, Bangladesh Association of Software and Information Services (BASIS) juga telah mengusulkan penurunan tarif sebesar 75% kepada pemerintah setempat.

“Walaupun akan turun 50 persen, kami tetap harus membayar 10 kali lebih mahal bila dibandingkan dengan tarif internet yang dipatok di India,” jelas Shameen Ahsan, perwakilan BASIS.

Perbandingan jumlah pengguna internet dengan jumlah penduduk di negara ini memang terlampau masih jauh. Menurut data, pengguna internet di Bangladesh hingga akhir 2007 hanya ada pada angka 450.000 pelanggan dari total populasi yang sebanyak 150 juta jiwa. (Sumber: detikinet.com)

Pengantar Desain Komunikasi Visual

ISBN 979-763-809-x
By Adi Kusrianto
21×29 cm, 370 pages
1st Published, 2007
Price: Rp.111000

Sebagaimana kita ketahui, Bidang Studi Desain Grafis belakangan ini telah berkembang menjadi Desain Komunikasi Visual. Jika Desain Grafis hanya berorientasi pada grafis dua matra, maka jangkauan Desain Komunikasi Visual telah meliputi media-media beragam yang populer yang disebut dengan istilah ”multimedia”. Baca lebih lanjut

Komunikasi Bisnis

ISBN 978-979-29-0058-3
By Sutrisna Dewi
16×23 cm, 228 pages
1st Published, 2007
Price: Rp.35000

Buku Komunikasi Bisnis ini dapat menjadi buku pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar dan bermanfaat juga bagi para praktisi untuk diaplikasikan secara langsung dalam dunia bisnis karena di setiap akhir bab buku ini disertai evaluasi berupa pertanyaan, dan materi latihan keterampilan. Baca lebih lanjut

STANDAR ORGANISASI PERUSAHAAN PERS

Organisasi perusahaan pers memperoleh mandat untuk mendukung, memelihara, dan menjaga kemerdekaan pers yang profesional sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 C dan F serta Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Untuk melaksanakan mandat tersebut perlu dikembangkan organisasi perusahaan pers yang memiliki integritas dan kredibilitas serta anggota yang profesional. Baca lebih lanjut

Desember Mencekam

Lima tahun akan segera berlalu sejak UU Penyiaran 2002 diberlakukan. Namun, pemberlakukan sistem stasiun berjaringan, yang semestinya sudah harus tuntas akhir tahun 2007, tidak kunjung jelas karena pemerintah sebagai pemangku kewenangan tak kunjung mengeluarkan peraturan. Apapun langkah pemerintah, nasib desentralisasi penyiaran tengah dipertaruhkan. Baca lebih lanjut

MEMBONGKAR IDEOLOGI DI BALIK PENULISAN BERITA

PENDAHULUAN

            Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi  dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka.

            Surat kabar lahir di abad tujuh belas di mana sudah terdapat pemisahan yang jelas antara surat kabar pemerintah dan surat kabar komersial. Namun, surat kabar pemerintah lebih sering dijadikan corong penguasa saat itu. Hal ini berbeda dengan surat kabar komersial. Pengaruh surat kabar komersial merupakan tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena lebih menegaskan perannya dalam pelayanan masyarakat dan buka sebagai terompet penguasa. Baca lebih lanjut

Cara Jitu Menjadikan Blog Menarik

Membuat blog kini semudah membalikkan telapak tangan. Tak heran jika saat ini ada begitu banyak blogger yang lalu lalang di dunia maya. Namun mengelola blog seringkali dianggap sebagai hal yang sulit. Banyak orang membuat blog, namun kemudian mengabaikannya begitu saja. Padahal dengan pengelolaan yang baik, tak mustahil blog Anda populer dan menguntungkan. Misalnya saja, akan ada pengiklan online yang memasang iklan mereka di blog Anda. Baca lebih lanjut

RISET PANTAU-Orientasi Media di Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang sebagian besar wilayahnya tidak memiliki tanah subur, miskin sumber alam, dan iklimnya amat kering. NTT merupakan provinsi terkering di Indonesia. Kondisi ekologis ini membuat daerah-daerah di NTT sulit mengandalkan hasil bercocok tanam, sekalipun kegiatan itu tetap dilakukan sebagai mata pencaharian warga setempat. Karenanya, menjadi pegawai negeri sepil (PNS) adalah pilihan utama. NTT pun dikenal sebagai provinsi PNS. Baca lebih lanjut